Proses Terbentuknya Bumi
Bumi
 merupakan planet yang kita tempati, bagaimana ya sebenarnya proses 
terbentuknya bumi kita ini? Nah jawaban dari pertanyaan itulah yang akan
 sahabat temukan dalam postingan saya kali ini. Beberapa hal yang akan 
saya bahas adalah tentang Pengertian bumi, teori terbentuknya bumi, 
Perkembangan bumi, dan hipotesa ahli yang dipercaya hingga saat ini. 
Langsung saja ya..
|  | 
| Sejarah Terbentuknya Bumi | 
A.PENGERTIAN BUMI
Bumi
 adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. 
Kira-kira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi 
merupakan satu massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, 
kira-kira dua ratus juta tahun yang lalu Pangea terpecah menjadi dua 
benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari Amerika Utara, 
Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan Gondwana yang terdiri 
dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan bagian Asia lainnya. 
Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian terpecah-pecah, hanyut 
dan bertubrukan dengan bagian lain.
Sebagai
 tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan 
bumi.Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang
 terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari 
daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. 
Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di 
alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini,
 melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak
 mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal 
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air 
laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari 
proses terbentuknya tata surya kita.
B.PEMBENTUKAN BUMI
Teori-teori tentang proses terbentuknya bumi
1.Teori Kabut(Nebula)
| Teori Kabut Nebula | 
Sejak
 jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya 
Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan 
oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal 
dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di 
jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). 
Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat 
besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat 
cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan 
memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian
 menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori  nebula ini terdiri dari 
beberapa tahap,yaitu
- Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
- Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
2.Teori Planetisimal
|  | 
| Teori Planetesimal | 
Pada
 awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli 
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli 
geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan 
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat 
melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, 
bintang tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan.
 Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang 
tersebut mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian 
tepi.
Karena
 pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan
 permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar 
mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut 
planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat 
yang pada akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
3.Tori Pasang Surut Gas(Tidal)
|  | 
| Teori Pasang Surut Gas | 
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
 tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam 
jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh 
matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya 
pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. 
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi 
(60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa 
hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam 
gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan 
oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai 
tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar 
sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
 itu.
Dalam
 lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
 ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu 
planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada 
bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya,
 sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang 
berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari 
dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan
 lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, 
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan 
berjalan relatif lebih cepat.
4.Teori Bintang Kembar
|  | 
| Teori Bintang Kembar | 
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton.
 Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah
 satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena 
bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, 
maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang 
tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut 
dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah 
planet-planet yang mengelilinginya.
5.Teori Big Bang
|  | 
| Teori Big Bang | 
Berdasarkan
 Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar 
tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang 
berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian 
kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, 
membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak
 dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan 
nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, 
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut 
dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. 
Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami 
kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan 
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, 
termasuk planet bumi.
- Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
- Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
- Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
- Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Bukti
 penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang 
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi 
hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis 
konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika 
alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu 
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan 
berubah menjadi helium.
Segala
 bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh 
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai 
ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam 
semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan 
sempurna tanpa cacat .
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3).
Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli seperti:
Teori Buffon dari
 ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon. Beliau 
mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan 
sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar.
 Massa yang terpental ini menjadi planet.
Teori Kuiper atau teori kondensasi dikemukakan
 oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar 
berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, 
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah 
protoplanet.Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat 
panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut 
menguap dan menggumpal menjadi planet – planet.Dalam teorinya beliau 
juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut raksasa.
 Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini berputar pada 
porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke luar, sedangkan
 bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah cakram mulai 
menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah, 
akhirnya terbentuklah matahari.
Teori Weizsaecker dimana
 pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman 
mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang 
dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini 
terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas 
matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke 
angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan 
menggumpal. Gumpalan ini akan menarik unsur – unsur lain yang ada di 
angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet – planet,
 termasuk bumi.
Teori Whipple oleh
 seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada mulanya
 tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi 
membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan 
terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, 
sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
 bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet.
Menurut seorang astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20 yang bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori
 yang disebut “Steady-State”.Teori steady-state menyatakan bahwa alam 
semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan 
mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan 
dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki 
permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama 
menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan 
pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul
 dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah 
pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang 
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi 
ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua 
peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini 
tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak 
terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi 
keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini 
adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. 
Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.Pada 
tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke
 ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. 
Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan 
Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di 
awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi 
terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big
 Bang.
Dan menurut gagasan kuno yang
 mengatakan bahwa alam semesta itu kekal. Gagasan yang umum di abad 19 
adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga
 yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain 
meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak 
keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal
 dan tidak berakhir.
Materialisme
 adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya 
keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. 
Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas
 di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham 
Materialisme dialektika Karl Marx.Para penganut materalisme meyakini 
model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka.
 Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof 
materialis George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah 
sesuatu yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah 
pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika
 Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari 
ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan 
menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, 
sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan 
gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
Ledakan
 raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', 
dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 
'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk 
memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 
'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan 
menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik 
tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul 
menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta
 bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 
20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau,yakni :
"Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
C.PERKEMBANGAN BUMI
Teori-teori tentang Perkembangan Bumi
1.Teori Kontraksi dari James Dana dan Elie de Baumant
Dalam
 teori ini dinyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan karena pendinginan
 di bagian dalam bumi akibat konduksi panas,sehingga mengakibatkan bumi 
tidak rata.
|  | 
| Teori Kontrasi Pembentukan Bumi | 
2.Teori Descartes dan Suess
Dalam
 teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah
 proses pengerutan dan semakin menyusut.Kerutan-kerutan itulah sebagai 
pegunungan,lipatan yang kita kenal sampai sekarang.Teori Descartes dan 
Suess ini disebut teori kontraksi.
3.Teori Geosinklin
|  | 
| Teori Geosinklin | 
Teori ini
 dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh 
Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya 
endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang 
seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.
Teori
 geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi 
mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara 
ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan 
subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal 
dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk 
pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah 
terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi 
didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus 
menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. 
Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Teori
 ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas 
vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah
 tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan 
ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya 
vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya 
utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.
4.HIPOTESA PENGAPUNGAN BENUA(CONTINENTAL DRIFT)
|  | 
| Condinental Drift | 







 
0 comments:
Post a Comment