Siapakah Dalang G 30 S PKI yang Sebenarnya?
OPINI | 03 December 2013 | 15:46 Dibaca: 8876 Komentar: 7 3
Ada banyak versi
yang menggambarkan siapa-siapa saja dalang dibalik peristiwa G30S/PKI.
Ada yang mengatakan Presiden Sukarno, PKI, CIA bahkan
pahlawan yang menumpas gerakan tersebut pun dikatakan bagian dari
dalang tersebut, yaitu Presiden Suharto. Sebenarnya sangat sulit sekali
menguraikan misteri Gerakan 30 September/PKI tersebut karena semua pihak
yang dikatakan sebagai dalang punya kepentingan masing-masing terhadap
gerakan tersebut. Untuk itu saya akan uraikan sedikit kisah peristiwa
tersebut berdasarkan buku-buku yang pernah saya baca tentang G 30 S/PKI
agar gampang kita untuk menganalisa Siapa sebenarnya dalang dari
peristiwa tersebut. Buku- buku tersebut adalah:
· Coen Holtzapel, Plot TNI AD – Barat Di Balik Tragedi’65, Tapol&MIK & Solidamor, Jakarta, 2000
· A.C.A Dake, The Spirit of the Red Banteng: Indonesian Communism between Moscow and Peking 1959-1965
· Tahun yang Tak Pernah berakhir, Memahami Pengalaman Korban 65, Elsam&ISSI&Tim Relawan untuk Kemanusiaan,Jakarta, 2004
· Tatik S. Hafidz, The War on Terror and the Future of Indonesian Democracy, IDSS,2004
· Dokumen CIA, Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra, Jakarta,2000
· Kerstin Beise, Apakah Soekarno Terlibat G30S?, ombak, Yogyakarta,2004
· Harsutejo, G30S Sejarah yang Digelapkan, Hasta Mitra, Jakarta, 2003
Pemicu G30 S adalah
adanya isu atau rumor tentang Dewan Jendral. Isu ini menimbulkan reaksi
tidak hanya para dedengkot PKI tapi juga Presiden Sukarno. Untuk
mengantisipasi adanya isu Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta pada
5 Oktober 1965, maka Presiden sukarno melaui orang-orangnya membentuk
apa yang disebut Dewan Revolusi. Mulanya gerakan ini hendak diberi nama
Dewan Militer tapi tidak jadi karena ditentang oleh salah seorang dalang
dari gerakan tersebut yaitu Syam Kamaruzzaman, wakil Aidit di Biro
Khusus yang dulunya ketua Partai Serikat Buruh Pelabuhan. Untuk
mendahului gerakan Dewan Jendral tersebut maka Dewan Revolusi memandang
penting untuk melakukan gerakan dalam upaya menyelamatkan kedudukan
presiden sekaligus masa depan PKI. Maka atas saran dari D.N Aidit,
Presiden Sukarno memerintahkan Men/Pangau laksamana Omar Dani untuk
menyelesaikan masalah ini secara damai. Oleh Omar Dani karena ini
gerakan tertutup maka garis komando harus dibuat terputus-putus mirip
gerakan terorisme. Disinilah factor yang membuat G30S diselimuti oleh
misteri yang akan saya jelaskan kemudian. Omar Dani lantas mengutus
orang kepercayaannya, Brigjen Suparjo, yang
waktu itu Pangkopur Kalimantan Timur untuk balik ke Jakarta dan
menjalankan misi ini. Untuk menjalankan misi ini agar garis komando
menjadi terputus, maka Brigjen Suparjo mengangkat Mayor Sujono (
Komandan Resimen Pertahanan Pangkalan, Indoktrinator KONTRAR, orang yang
melatih sukarelawan dan sukarelawati sebanyak 1000 orang sebagai cikal
bakal angkatan ke 5), Kolonel A. Latief (Komandan Brigif I) dan letkol
Untung ( Komandan Yon I Tjakrabirawa).
Untuk melaksanakan misi ini mereka mempersiapkan beberapa pasuka seperti:
- Brigif I
- Yon I Tjakrabirawa
- Yon Raiders 454 Diponegoro
- Yon Raiders 530 Brawijaya
Untuk itu mereka menggunakan:
- Penas sebagai Cenko (Central Komando)
- Kenderaan-kenderaan Depo Angkutan
- Senjata yang ada di gudang AURI
Gerakan ini dibagi kepada tiga satuan tugas yaitu:
- Pasopati dibawah Lettu Dul Arif
- Bimasakti dibawah Kapten Suradi
- Pringgodani dibawah Mayor Sujono dan Mayor Gatot Sukrisno
Tujuan dari gerakan
ini adalah menculik para jendral yang nantinya akan dihadapkan kepada
Presiden Sukarno yang telah berada di Bandara Halim PerdanaKusuma untuk
dimintai keterangan berkisar isu Dewan Jendral. Tapi ternyata
pelaksanaan tak sejalan dengan perencanaan. Ditengah misi, ketujuh
jendral yang diculik malah dibantai dan tak pernah dihadapkan sama
sekali dengan Presiden Sukarno. Tindakan ini tentunya mengundang amarah
dari Presiden Sukarno. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Akhirnya yang bisa
dilakukan Presiden Sukarno adalah menyingkir ke Madiun untuk
menghindari konflik dengan Angkatan Darat yang salah satu Jendralnya
berhasil lolos dari penculikan.
Seterusnya mungkin
telah banyak kita ketahui, dimana Angkatan Darat kemudian menguasai
keadaan dan berusaha menumpas habis PKI bahkan sampai ke anak cucunya
kelak.
Yang menarik untuk di analisa dan dibahas adalah intrik dibalik peristiwa tersebut.
Benarkah Adanya Dewan Jendral?
Benar(Dokumen CIA,
Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra,
Jakarta,2000). Tapi masih dalam bentuk wacana. Setelah gagal dengan
PRRI/Permesta dan Peristiwa Cikini, CIA mendekati Ahmad Yani yang waktu
itu sedang tugas belajar di Amerika untuk membentuk apa yang disebut
Dewan Jendral dalam upaya melakukan kudeta. Ahmad yani pernah
mengutarakan ide CIA ini kepada para sohibnya di Angkatan Darat, namun
urung dibentuk karena mereka sendiri masih pro dan kontra terhadap ide
tersebut.
Mengapa Presiden Sukarno tidak bereaksi?
Presiden Sukarno
bereaksi tapi tidak dengan cara mengutus para anggota CPM untuk
memanggil para jendral yang diindikasi terlibat dalam Dewan jendral
tersebut karena apabila tidak terbukti maka itu akan mempermalukan
Presiden sendiri dan tentunya makin menanamkan sikap antipati Angkatan
Darat terhadap Presiden Sukarno. Untuk itulah G30S dibuat. Maksudnya
agar Presiden dapat menginterogasi para jendral tersebut dan menanyakan
kebenaran isu tersebut walaupun pada pelaksanaannya menjadi berbeda.
Mengapa Presiden Sukarno mengutus Laksamana Omar Dani untuk melaksanakan misi tersebut?
Presiden Sukarno tidak
pernah mengutus siapapun untuk memulai misi ini. Hanya presiden pernah
berkeinginan untuk mengkonfirmasi tentang isu tersebut. Misi tersebut
adalah murni idenya D.N Aidit yang disampaikan kepada Presiden dan
Presiden Sukarno setuju dengan ide tersebut dan meminta Laksamana Omar
Dani untuk membantu gerakan tersebut. Sebagai loyalis dan orang dekat
presiden, tentunya laksamana Omar Dani tak dapat menampik tugas yang
diembankan Presiden kepadanya.
Siapakah otak dari gerakan tersebut?
Syam Kamaruzzaman.
Syam yang mengatur strategi dan melaporkan kepada D.N Aidit. Itulah
mengapa dilapangan peran Aidit tidak nampak sekali. Dalam gerakan
tersebut ada beberapa nama yang sangat berperan sekali yaitu dari pihak
sipil Syam kamaruzzaman, Pono dan Bono sedangkan dari pihak militer
Mayor Sujono, Kol. Latif dan Letkol. Untung. Pada akhirnya baru ketahuan
bahwa Syam ternyata Double Agent. Syam ternyata juga adalah agen CIA.
Jadi dalam hal ini Aidit telah menjadi korban anak buahnya sendiri. Tak
disangka dalam tubuh PKI sendiri ada infiltrasi yang dilakukan oleh CIA
seperti juga di Angkatan Darat.
Lantas apa peran Brigjen Suparjo?
Brigjen Suparjo adalah
bawahan langsung Laksamana Omar Dani. Tak ada yang tahu apa peran
Brigjen Suparjo dalam misi ini. Tapi kalau melihat pergerakan pasukan
yang hamper satu divisi, secara militer, tak mungkin hanya dipimpin oleh
perwira menengah seperti Kol. Latif dan Letkol. Untung. Mungkin
disitulah peran brigjen Suparjo.
Adakah keterlibatan PKI pada peristiwa tersebut?
Secara organisatoris
tidak ada. Hanya oknum yang bermain disitu melalui yang disebut Biro
Khusus. Biro Khusus sendiri hasil bentukan D. N Aidit sebagai ketua
partai dimana Ketua Biro Khusus itu adalah Syam dan wakilnya Pono.
Itulah mengapa gerakan tersebut tidak berhasil karena tidak didukung
oleh seluruh simpatisan partai. Biro Khusus sendiri mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam intern partai. Kedudukan yang sama sekali ditentang
oleh banyak simpatisan PKI sendiri.
Adakah Keterlibatan Suharto dalam Hal ini?
Dari beberapa bukti –
bukti yang pada akhirnya terungkap didapat bahwa sebagai agen CIA, Syam
ternyata punya hubungan dekat dengan orang-orang Angkatan Darat termasuk
Suharto. Itulah mengapa banyak pengamat mengatakan bahwa dalang yang
sesungguhnya dari peristiwa ini adalah Amerika melalui CIA dengan tujuan
menyingkirkan PKI dengan haluan komunisnya dan Presiden Sukarno yang
dianggap paling berbahaya dengan pemikirannya ketimbang Kruschev ataupun
Mao. Gerakan ini memang sengaja dirancang untuk gagal. Agar lebih mudah
memprovokasi rakyat Indonesia, maka disusunlah scenario berdarah
tersebut.
SKENARIO BERDARAH VERSI CIA
Syam diupayakan agar
menjadi orang kepercayaan Aidit. Kemudian Syam melontarkan isyu Dewan
Jendral yang waktu itu masih wacana. Presiden merasa terancam. Aidit
panik dan mencoba berdiskusi dengan orang kepercayaannya sekaligus orang
yang menurut Aidit banyak tahu tentang Dewan Jendral tersebut siapa
lagi kalau bukan Syam Kamaruzzaman. Syam merasa pancingannya mengena
lantas menelorkan ide G 30 S. Aidit setuju begitu juga Presiden Sukarno.
Syam mengambil alih pimpinan karena merasa memiliki ide dan tahu banyak
tentang strateginya. Syam minta bantuan militer yang akhirnya dijawab
Presiden Sukarno dengan meminta Laksamana Omar Dani yang mengaturnya.
Syam lantas menyusun para perwira yang pantas untuk memimpin eksekusi.
Untuk itu Syam meminta saran Suharto. Lantas Suharto memilih orang –
orang dekatnya yang menurutnya dapat dipercaya yaitu Kol. Latief dan
Letkol. Untung. Padahal ada banyak perwira yang lebih mampu ketimbang
mereka berdua. Untuk Kol. Latief misalnya, padahal masih ada Mayor Sigit
yang mampu memimpin satu batalyon tapi tidak dipilih. Sedangkan untuk
Letkol. Untung, masih ada Maulwi Saelan yang lebih pantas memimpin
pasukan Tjakrabirawa. Jawabannya karena Kol. Latief dan Letkol. Untung
mempunyai hubungan dekat dengan Suharto. Kol. Latief adalah bekas anak
buah Suharto dan masih sering berhubungan baik secara formal maupun non
formal. Bahkan malam tanggal 30 September 1965 Kol. Latief melapor pada
Suharto bahwa malam tersebut dia akan bergerak bersama Letkol. Untung.
Tapi Suharto sama sekali tidak melarang gerakan tersebut. Ada apa dengan
Suharto? Yang pasti Suharto dipersiapkan CIA untuk menunggu langkah
selanjutnya. Keberadaan Letkol. Untung di Tjakrabirawa juga
mengindikasikan bakal ada gerakan terselubung karena Letkol. Untung baru
saja di mutasi di Yon I Tjakrabirawa yaitu pada bulan Mei. Keberadaan
mereka berdua sudah jelas untuk mempermudah koordinasi agar Suharto tahu
posisi lawan yang hendak ditumpas. Satu yang menarik lagi yaitu daftar
orang-orang yang di culik dimana Mayjen Suprapto(Deputi II
Men/Pangad)dan Mayjen Haryono(Deputi III Men/Pangad) masuk dalam daftar
penculikan sedangkan Deputi I Men/Pangad mengapa tidak masuk daftar?
Karena posisi itu ditempati oleh Suharto. Cuma yang jadi pertanyaan,
apakah Suharto tahu kalau rencana penculikan itu berubah menjadi
pembantaian? Itu yang masih menjadi tanda tanya. Kalau seandainya
Suharto tahu bahwa rencana itu akan dibelokkan, berarti secara tidak
langsung Suharto terlibat dalam pembunuhan rekan-rekan seperjuangannya
sendiri. Selanjutnya setelah malam kejadian, maka Suharto pun bergerak
dengan menggunakan pasukan RPKAD melakukan serangan ke Halim
Perdanakusuma, itupun karena dia sudah tahu bagaimana kekuatan lawan
yang bakal dihadapinya.
0 comments:
Post a Comment