Siapakah Dalang G 30 S PKI yang Sebenarnya?
OPINI | 03 December 2013 | 15:46
Ada banyak versi 
yang menggambarkan siapa-siapa saja dalang dibalik peristiwa G30S/PKI. 
Ada yang mengatakan Presiden Sukarno, PKI, CIA bahkan
 pahlawan yang menumpas gerakan tersebut pun dikatakan bagian dari 
dalang tersebut, yaitu Presiden Suharto. Sebenarnya sangat sulit sekali 
menguraikan misteri Gerakan 30 September/PKI tersebut karena semua pihak
 yang dikatakan sebagai dalang punya kepentingan masing-masing terhadap 
gerakan tersebut. Untuk itu saya akan uraikan sedikit kisah peristiwa 
tersebut berdasarkan buku-buku yang pernah saya baca tentang G 30 S/PKI 
agar gampang kita untuk menganalisa Siapa sebenarnya dalang dari 
peristiwa tersebut. Buku- buku tersebut adalah:
· Coen Holtzapel, Plot TNI AD – Barat Di Balik Tragedi’65, Tapol&MIK & Solidamor, Jakarta, 2000
· A.C.A Dake, The Spirit of the Red Banteng: Indonesian Communism between Moscow and Peking 1959-1965
· Tahun yang Tak Pernah berakhir, Memahami Pengalaman Korban 65, Elsam&ISSI&Tim Relawan untuk Kemanusiaan,Jakarta, 2004
· Tatik S. Hafidz, The War on Terror and the Future of Indonesian Democracy, IDSS,2004
· Dokumen CIA, Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra, Jakarta,2000
· Kerstin Beise, Apakah Soekarno Terlibat G30S?, ombak, Yogyakarta,2004
· Harsutejo, G30S Sejarah yang Digelapkan, Hasta Mitra, Jakarta, 2003
Pemicu G30 S adalah 
adanya isu atau rumor tentang Dewan Jendral. Isu ini menimbulkan reaksi 
tidak hanya para dedengkot PKI tapi juga Presiden Sukarno. Untuk 
mengantisipasi adanya isu Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta pada
 5 Oktober 1965, maka Presiden sukarno melaui orang-orangnya membentuk 
apa yang disebut Dewan Revolusi. Mulanya gerakan ini hendak diberi nama 
Dewan Militer tapi tidak jadi karena ditentang oleh salah seorang dalang
 dari gerakan tersebut yaitu Syam Kamaruzzaman, wakil Aidit di Biro 
Khusus yang dulunya ketua Partai Serikat Buruh Pelabuhan. Untuk 
mendahului gerakan Dewan Jendral tersebut maka Dewan Revolusi memandang 
penting untuk melakukan gerakan dalam upaya menyelamatkan kedudukan 
presiden sekaligus masa depan PKI. Maka atas saran dari D.N Aidit, 
Presiden Sukarno memerintahkan Men/Pangau laksamana Omar Dani untuk 
menyelesaikan masalah ini secara damai. Oleh Omar Dani karena ini 
gerakan tertutup maka garis komando harus dibuat terputus-putus mirip 
gerakan terorisme. Disinilah factor yang membuat G30S diselimuti oleh 
misteri yang akan saya jelaskan kemudian. Omar Dani lantas mengutus 
orang kepercayaannya, Brigjen Suparjo, yang
 waktu itu Pangkopur Kalimantan Timur untuk balik ke Jakarta dan 
menjalankan misi ini. Untuk menjalankan misi ini agar garis komando 
menjadi terputus, maka Brigjen Suparjo mengangkat Mayor Sujono ( 
Komandan Resimen Pertahanan Pangkalan, Indoktrinator KONTRAR, orang yang
 melatih sukarelawan dan sukarelawati sebanyak 1000 orang sebagai cikal 
bakal angkatan ke 5), Kolonel A. Latief (Komandan Brigif I) dan letkol 
Untung ( Komandan Yon I Tjakrabirawa).
Untuk melaksanakan misi ini mereka mempersiapkan beberapa pasuka seperti:
- Brigif I
- Yon I Tjakrabirawa
- Yon Raiders 454 Diponegoro
- Yon Raiders 530 Brawijaya
Untuk itu mereka menggunakan:
- Penas sebagai Cenko (Central Komando)
- Kenderaan-kenderaan Depo Angkutan
- Senjata yang ada di gudang AURI
Gerakan ini dibagi kepada tiga satuan tugas yaitu:
- Pasopati dibawah Lettu Dul Arif
- Bimasakti dibawah Kapten Suradi
- Pringgodani dibawah Mayor Sujono dan Mayor Gatot Sukrisno
Tujuan dari gerakan 
ini adalah menculik para jendral yang nantinya akan dihadapkan kepada 
Presiden Sukarno yang telah berada di Bandara Halim PerdanaKusuma untuk 
dimintai keterangan berkisar isu Dewan Jendral. Tapi ternyata 
pelaksanaan tak sejalan dengan perencanaan. Ditengah misi, ketujuh 
jendral yang diculik malah dibantai dan tak pernah dihadapkan sama 
sekali dengan Presiden Sukarno. Tindakan ini tentunya mengundang amarah 
dari Presiden Sukarno. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Akhirnya yang bisa
 dilakukan Presiden Sukarno adalah menyingkir ke Madiun untuk 
menghindari konflik dengan Angkatan Darat yang salah satu Jendralnya 
berhasil lolos dari penculikan.
Seterusnya mungkin 
telah banyak kita ketahui, dimana Angkatan Darat kemudian menguasai 
keadaan dan berusaha menumpas habis PKI bahkan sampai ke anak cucunya 
kelak.
Yang menarik untuk di analisa dan dibahas adalah intrik dibalik peristiwa tersebut.
Benarkah Adanya Dewan Jendral?
Benar(Dokumen CIA, 
Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra, 
Jakarta,2000). Tapi masih dalam bentuk wacana. Setelah gagal dengan 
PRRI/Permesta dan Peristiwa Cikini, CIA mendekati Ahmad Yani yang waktu 
itu sedang tugas belajar di Amerika untuk membentuk apa yang disebut 
Dewan Jendral dalam upaya melakukan kudeta. Ahmad yani pernah 
mengutarakan ide CIA ini kepada para sohibnya di Angkatan Darat, namun 
urung dibentuk karena mereka sendiri masih pro dan kontra terhadap ide 
tersebut.
Mengapa Presiden Sukarno tidak bereaksi?
Presiden Sukarno 
bereaksi tapi tidak dengan cara mengutus para anggota CPM untuk 
memanggil para jendral yang diindikasi terlibat dalam Dewan jendral 
tersebut karena apabila tidak terbukti maka itu akan mempermalukan 
Presiden sendiri dan tentunya makin menanamkan sikap antipati Angkatan 
Darat terhadap Presiden Sukarno. Untuk itulah G30S dibuat. Maksudnya 
agar Presiden dapat menginterogasi para jendral tersebut dan menanyakan 
kebenaran isu tersebut walaupun pada pelaksanaannya menjadi berbeda.
Mengapa Presiden Sukarno mengutus Laksamana Omar Dani untuk melaksanakan misi tersebut?
Presiden Sukarno tidak
 pernah mengutus siapapun untuk memulai misi ini. Hanya presiden pernah 
berkeinginan untuk mengkonfirmasi tentang isu tersebut. Misi tersebut 
adalah murni idenya D.N Aidit yang disampaikan kepada Presiden dan 
Presiden Sukarno setuju dengan ide tersebut dan meminta Laksamana Omar 
Dani untuk membantu gerakan tersebut. Sebagai loyalis dan orang dekat 
presiden, tentunya laksamana Omar Dani tak dapat menampik tugas yang 
diembankan Presiden kepadanya.
Siapakah otak dari gerakan tersebut?
Syam Kamaruzzaman. 
Syam yang mengatur strategi dan melaporkan kepada D.N Aidit. Itulah 
mengapa dilapangan peran Aidit tidak nampak sekali. Dalam gerakan 
tersebut ada beberapa nama yang sangat berperan sekali yaitu dari pihak 
sipil Syam kamaruzzaman, Pono dan Bono sedangkan dari pihak militer 
Mayor Sujono, Kol. Latif dan Letkol. Untung. Pada akhirnya baru ketahuan
 bahwa Syam ternyata Double Agent. Syam ternyata juga adalah agen CIA. 
Jadi dalam hal ini Aidit telah menjadi korban anak buahnya sendiri. Tak 
disangka dalam tubuh PKI sendiri ada infiltrasi yang dilakukan oleh CIA 
seperti juga di Angkatan Darat.
Lantas apa peran Brigjen Suparjo?
Brigjen Suparjo adalah
 bawahan langsung Laksamana Omar Dani. Tak ada yang tahu apa peran 
Brigjen Suparjo dalam misi ini. Tapi kalau melihat pergerakan pasukan 
yang hamper satu divisi, secara militer, tak mungkin hanya dipimpin oleh
 perwira menengah seperti Kol. Latif dan Letkol. Untung. Mungkin 
disitulah peran brigjen Suparjo.
Adakah keterlibatan PKI pada peristiwa tersebut?
Secara organisatoris 
tidak ada. Hanya oknum yang bermain disitu melalui yang disebut Biro 
Khusus. Biro Khusus sendiri hasil bentukan D. N Aidit sebagai ketua 
partai dimana Ketua Biro Khusus itu adalah Syam dan wakilnya Pono. 
Itulah mengapa gerakan tersebut tidak berhasil karena tidak didukung 
oleh seluruh simpatisan partai. Biro Khusus sendiri mempunyai kedudukan 
paling tinggi dalam intern partai. Kedudukan yang sama sekali ditentang 
oleh banyak simpatisan PKI sendiri.
Adakah Keterlibatan Suharto dalam Hal ini? 
Dari beberapa bukti – 
bukti yang pada akhirnya terungkap didapat bahwa sebagai agen CIA, Syam 
ternyata punya hubungan dekat dengan orang-orang Angkatan Darat termasuk
 Suharto. Itulah mengapa banyak pengamat mengatakan bahwa dalang yang 
sesungguhnya dari peristiwa ini adalah Amerika melalui CIA dengan tujuan
 menyingkirkan PKI dengan haluan komunisnya dan Presiden Sukarno yang 
dianggap paling berbahaya dengan pemikirannya ketimbang Kruschev ataupun
 Mao. Gerakan ini memang sengaja dirancang untuk gagal. Agar lebih mudah
 memprovokasi rakyat Indonesia, maka disusunlah scenario berdarah 
tersebut.
SKENARIO BERDARAH VERSI CIA
Syam diupayakan agar 
menjadi orang kepercayaan Aidit. Kemudian Syam melontarkan isyu Dewan 
Jendral yang waktu itu masih wacana. Presiden merasa terancam. Aidit 
panik dan mencoba berdiskusi dengan orang kepercayaannya sekaligus orang
 yang menurut Aidit banyak tahu tentang Dewan Jendral tersebut siapa 
lagi kalau bukan Syam Kamaruzzaman. Syam merasa pancingannya mengena 
lantas menelorkan ide G 30 S. Aidit setuju begitu juga Presiden Sukarno.
 Syam mengambil alih pimpinan karena merasa memiliki ide dan tahu banyak
 tentang strateginya. Syam minta bantuan militer yang akhirnya dijawab 
Presiden Sukarno dengan meminta Laksamana Omar Dani yang mengaturnya. 
Syam lantas menyusun para perwira yang pantas untuk memimpin eksekusi. 
Untuk itu Syam meminta saran Suharto. Lantas Suharto memilih orang – 
orang dekatnya yang menurutnya dapat dipercaya yaitu Kol. Latief dan 
Letkol. Untung. Padahal ada banyak perwira yang lebih mampu ketimbang 
mereka berdua. Untuk Kol. Latief misalnya, padahal masih ada Mayor Sigit
 yang mampu memimpin satu batalyon tapi tidak dipilih. Sedangkan untuk 
Letkol. Untung, masih ada Maulwi Saelan yang lebih pantas memimpin 
pasukan Tjakrabirawa. Jawabannya karena Kol. Latief dan Letkol. Untung 
mempunyai hubungan dekat dengan Suharto. Kol. Latief adalah bekas anak 
buah Suharto dan masih sering berhubungan baik secara formal maupun non 
formal. Bahkan malam tanggal 30 September 1965 Kol. Latief melapor pada 
Suharto bahwa malam tersebut dia akan bergerak bersama Letkol. Untung. 
Tapi Suharto sama sekali tidak melarang gerakan tersebut. Ada apa dengan
 Suharto? Yang pasti Suharto dipersiapkan CIA untuk menunggu langkah 
selanjutnya. Keberadaan Letkol. Untung di Tjakrabirawa juga 
mengindikasikan bakal ada gerakan terselubung karena Letkol. Untung baru
 saja di mutasi di Yon I Tjakrabirawa yaitu pada bulan Mei. Keberadaan 
mereka berdua sudah jelas untuk mempermudah koordinasi agar Suharto tahu
 posisi lawan yang hendak ditumpas. Satu yang menarik lagi yaitu daftar 
orang-orang yang di culik dimana Mayjen Suprapto(Deputi II 
Men/Pangad)dan Mayjen Haryono(Deputi III Men/Pangad) masuk dalam daftar 
penculikan sedangkan Deputi I Men/Pangad mengapa tidak masuk daftar? 
Karena posisi itu ditempati oleh Suharto. Cuma yang jadi pertanyaan, 
apakah Suharto tahu kalau rencana penculikan itu berubah menjadi 
pembantaian? Itu yang masih menjadi tanda tanya. Kalau seandainya 
Suharto tahu bahwa rencana itu akan dibelokkan, berarti secara tidak 
langsung Suharto terlibat dalam pembunuhan rekan-rekan seperjuangannya 
sendiri. Selanjutnya setelah malam kejadian, maka Suharto pun bergerak 
dengan menggunakan pasukan RPKAD melakukan serangan ke Halim 
Perdanakusuma, itupun karena dia sudah tahu bagaimana kekuatan lawan 
yang bakal dihadapinya.







 
0 comments:
Post a Comment